Powered by Blogger.
Labels
- AFF - U19 (5)
- AREMA FC (24)
- BARITO PUTERA (9)
- DELTRAS SIDOARJO (1)
- Gambar Persija (23)
- GRESIK UNITED (2)
- Inter Island Cup 2014 (16)
- Liga Super Indonesia (101)
- MITRA KUKAR (9)
- PELITA BANDUNG RAYA (2)
- Pemain Persija (10)
- PERSEBAYA (18)
- PERSELA LAMONGAN (15)
- PERSEMAN MANOKWARI (2)
- PERSEPAM-MU (5)
- PERSERU (2)
- PERSIB BANDUNG (45)
- PERSIBA BALIKPAPAN (6)
- PERSIDAFON (4)
- PERSIJA (188)
- PERSIJAP (1)
- PERSIK (1)
- PERSIK KEDIRI (4)
- PERSIPASI (6)
- PERSIPURA (7)
- Persiraja Banda Aceh (1)
- PERSIRAM RAJA AMPAT (5)
- PERSIS SOLO (2)
- PERSISAM PUTRA (9)
- PERSITA TANGERANG (8)
- PERSIWA WAMENA (3)
- PSAP Sigli (2)
- PSM Makasar (6)
- PSMS Medan (4)
- PSPS PEKAN BARU (2)
- PSS SLEMAN (1)
- SEMEN PADANG (6)
- SRIWIJAYA FC (21)
- Tentang Persija (2)
- TimNas Indonesia (16)
- TimNas U-19 (11)
- TimNas U-23 (4)
- World Cup 2014 (1)
Wednesday, 4 December 2013
Hasil akhir pertandingan ditentukan banyak hal; faktor keberuntungan, faktor taktis, faktor non tehnis, faktor kehebatan pemain dan tim dan tentu saja faktor kebugaran tim baik secara individu maupun secara keseluruhan tim.
Sering kita melihat pemain kita kedodoran di menit 60 keatas. Hal ini terutama disebabkan karena saat pemain dibentuk di masa mudanya intensitas latihan tidak bagus, intake gizi tidak menunjang serta penjadwalan latihan teralu dekat (overtraining) atau teralu jauh (undertraining)., Tulisan saya minnggu lalu mengulas tentang permasalahan tersebut.
Kali ini saya ingin membahas hubungan antara tingkat kebugaran yang rendah dengan hasil akhir sebuah pertandingan.
Apa sebenarnya Vo2Max itu? Menurut Wikipedia Vo2Max adalah kemampuan maksimal tubuh seseorang untuk menyalkurkan dan menggunakan oksigen saat melakukan olahraga berat. Intinya, semakin besar kemampuan seseorang menyerap oksigen semakin bagus pula kondisi fisiknya (terutama dalam hal endurance/daya tahan). Seorang pemain bola MUTLAK HARUS memiliki VO2Max tinggi karena permainan sepak bola berlangsung 90 menit dan sangat menguras tenaga.
Nah, masalahnya, standard pemain kita rata-rata jauh dibawah standard dunia internasional. Di halaman 153 di kurikulum sepakbola INA yang bisa diunduh gratis di berbagai website tercantum standard VO2Max dunia internasional sebagai berikut:
Penjaga Gawang: 51
Bek sayap: 62
Bek tengah (CB): 56
Gelandang: 62
Striker: 60
Perbedaan standard VO2Max berdasarkan posisi memang lumrah karena ada posisi yang menuntut kinerja yang lebih keras dibandingkan posisi lainnya. Seorang gelandang bertahan paling sering adalah pemain yang memiliki VO2Max tertinggi dalam sebuah tim. Kagawa, contohnya, yang musim lalu bermain untuk BVB Dortmund, adalah pemain berposisi gelandang bertahan yang juga memiliki tingkat kebugaran/ VO2Max tertinggi di Bundesliga musim lalu.
Lalu apa hubungannya VO2Max dengan hasil akhir pertandingan? Logis saja: kalau pemain memiliki angka VO2Max yang memadai dia akan mampu untuk berlari lebih jauh serta melakukan sprint lebih sering dalam sebuah pertandingan. Alhasil apa yang terjadi? TINGKAT KETERLIBATAN seorang pemain dalam sebuah pertandingan akan meningkat. Bayangkan kalau SEMUA pemain bugar sehingga lebih jauh berlari, lebih sering melakukan sprint dan pada akhirnya lebih terlibat dalam pertandingan, apa yang akan terjadi? Gol bisa dicetak. Gol balasan bisa terhindarkan. Pertahanan lebih ketat dan serangan berlangsung lebih acak.
Dengan kata lain, besar kemungkinan, HASIL AKHIR akan berubah!
Harapan saya anda bekerja keras meningkatkan level VO2Max anda. Sebagai motivasi gunakan statistik berikut ini:
„Untuk setiap 10 persen peningkatan VO2Max anda akan bisa berlari 20% lebih jauh dari sebelumnya, melakukan sprint 2x lebih sering dari sebelumnya dan akan terlibat hampir 25% lebih banyak dalam sebuah pertandingan“
Sering kita melihat pemain kita kedodoran di menit 60 keatas. Hal ini terutama disebabkan karena saat pemain dibentuk di masa mudanya intensitas latihan tidak bagus, intake gizi tidak menunjang serta penjadwalan latihan teralu dekat (overtraining) atau teralu jauh (undertraining)., Tulisan saya minnggu lalu mengulas tentang permasalahan tersebut.
Kali ini saya ingin membahas hubungan antara tingkat kebugaran yang rendah dengan hasil akhir sebuah pertandingan.
Apa sebenarnya Vo2Max itu? Menurut Wikipedia Vo2Max adalah kemampuan maksimal tubuh seseorang untuk menyalkurkan dan menggunakan oksigen saat melakukan olahraga berat. Intinya, semakin besar kemampuan seseorang menyerap oksigen semakin bagus pula kondisi fisiknya (terutama dalam hal endurance/daya tahan). Seorang pemain bola MUTLAK HARUS memiliki VO2Max tinggi karena permainan sepak bola berlangsung 90 menit dan sangat menguras tenaga.
Nah, masalahnya, standard pemain kita rata-rata jauh dibawah standard dunia internasional. Di halaman 153 di kurikulum sepakbola INA yang bisa diunduh gratis di berbagai website tercantum standard VO2Max dunia internasional sebagai berikut:
Penjaga Gawang: 51
Bek sayap: 62
Bek tengah (CB): 56
Gelandang: 62
Striker: 60
Perbedaan standard VO2Max berdasarkan posisi memang lumrah karena ada posisi yang menuntut kinerja yang lebih keras dibandingkan posisi lainnya. Seorang gelandang bertahan paling sering adalah pemain yang memiliki VO2Max tertinggi dalam sebuah tim. Kagawa, contohnya, yang musim lalu bermain untuk BVB Dortmund, adalah pemain berposisi gelandang bertahan yang juga memiliki tingkat kebugaran/ VO2Max tertinggi di Bundesliga musim lalu.
Lalu apa hubungannya VO2Max dengan hasil akhir pertandingan? Logis saja: kalau pemain memiliki angka VO2Max yang memadai dia akan mampu untuk berlari lebih jauh serta melakukan sprint lebih sering dalam sebuah pertandingan. Alhasil apa yang terjadi? TINGKAT KETERLIBATAN seorang pemain dalam sebuah pertandingan akan meningkat. Bayangkan kalau SEMUA pemain bugar sehingga lebih jauh berlari, lebih sering melakukan sprint dan pada akhirnya lebih terlibat dalam pertandingan, apa yang akan terjadi? Gol bisa dicetak. Gol balasan bisa terhindarkan. Pertahanan lebih ketat dan serangan berlangsung lebih acak.
Dengan kata lain, besar kemungkinan, HASIL AKHIR akan berubah!
Harapan saya anda bekerja keras meningkatkan level VO2Max anda. Sebagai motivasi gunakan statistik berikut ini:
„Untuk setiap 10 persen peningkatan VO2Max anda akan bisa berlari 20% lebih jauh dari sebelumnya, melakukan sprint 2x lebih sering dari sebelumnya dan akan terlibat hampir 25% lebih banyak dalam sebuah pertandingan“
Labels:Liga Super Indonesia
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
0 comments:
Post a Comment